Puisi: Lekas Pulih Bumiku dan Puisi Lainnya

Oleh: Vidi Ratnasari*

LEKAS PULIH BUMIKU
Kelas
yang kosong
Bangku
yang berdebu
Menjadi
mimpi nyata terlihat hari ini
Tak
ada riang suara dendang dan petikan gitar di sudut kelas saat jam kosong tak ada
guru
Tak
ada jeritan bercanda, dan keramaian kantin sekolah
Ketika
bel istirahat berbunyi
Senyap

Hanya
tersisa tatapan sendu pepohonan
Korona
menjauhkan kami
Korona
memisahkan kami
Mereka
bilang Bu, tugas daring menyulitkan kami
Mereka
bilang Pak, paket data cepat habis karena kami harus selalu online
Mereka
bilang kami ingin kembali ke sekolah
Tapi
kami hanya bisa mendengar dan menatap mereka dari layar laptop melalui zom
meeting

Kami
rindu wajah nakal mereka
Kami
rindu rengekan meminta maaf ketika mereka berbuat salah
Terbanglah
korona
Segeralah
lenyap dari Bumi Pertiwiku
Kami
ingin kembali ke sekolah
Dengan
rasa nyaman
Lekas
pulih Bumiku
Segeralah
pulih
Kembalilah
ke sekolah murid-muridku
Ibu
dan Bapak Guru menantimu di gerbang sekolah
Anggrek, 2020

TIRAI SENJA
Malam
mulai turun
Menutup
tirai senja
Seonggok
kenangan masih tersisa
Ringkih
digerus sepi
Harusnya
tak perlu disesali biarkan abadi
Karena
jejak tak akan terhapus tanpa hujan
Dan
malam ini langit benderang
Menemani
kenangan
Senja
mulai pergi
menghilang
membawa kenangan yang tersisa
Meninggalkanku
tanpa lambaian…
Anggrek,
2020

KOPI
DAN SENJA
Selalu
tentang senja
Jingganya
menggaris langit
Diantara
bulan dan gemintang yang mengintip
Secangkir
kopi sengaja kuteguk perlahan
Sambil
kunikmati warna senjamu
Kopi
dan senja
Mungkinkah
akan selalu bergandeng tangan
Tersenyum dan saling
bertatap
Mesra
Anggrek, 2020


PENIKMAT SENJA

Sejak
kulihat indahmu sore itu
Aku
menunggumu di sini
Melihatmu
mengintip dari balik awan, tersenyum
Lalu
langit memerah
Aku
menikmatinya …
Tanpa
kedip
Sejenak
tak bernafas
Kemudian
menatapmu tersenyum sampai kau beranjak pergi untuk digantikan sang malam

Anggrek, 2020


TENTANG SENJA, PAGI, DAN RINDU
Adalah
senja yang menngiringku memulai mimpi
Kemudian
pagi menyapa untuk menuai mimpi
Biarkan
rindu menjadi ikatan bahwa kita
Akan
selalu menunggu senja dan pagi …
Sore
dan lamunan
Elang
berlalu menggaris langit
Sementara
senja telah menjelma mewujud gelap tak bercahaya
Sendiri
bukan berarti resah menanti
Sendiri
bukan karena hati yang perih
Sendiri
adalah saat kita berteman dengan lamunan, kenangan dan impian
Karang
kenek, 23 November 2019

_________________

*) Penulis adalah Guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Panarukan.
**) Ilustrasi: Zaidi

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Achmad Faizal Buku Resensi Ulas

Resensi Ada Apa dengan China?

Uncategorized

Hari Raya Kurban dan Penghutbah yang Setia

Cerpen Moret Taradita Yandira Laksmi

Cerpen Mored: Jangan Bilang I Love You

Film/Series Raisa Izzhaty Ulas

Jika Marlina Terlahir di Situbondo

Buku Muhamad Bintang Ulas

Resensi Buku: Francisco Ferrer, Asal-Usul dan Cita-cita Sekolah Modern

Achmad Nur Apacapa

Pesantren di Tengah Cengkeraman Kapitalisme Global

Cerpen Nur Diana Cholida

Cerpen: Bianglala dan Sisa Aroma Tequila

Ayis A. Nafis Puisi

Puisi: Hikayat Sebuah Maut

Buku Junaedi Ulas

Ulas Buku: Reka Ulang Tata Ruang dan Ruang Tata Desa

Apacapa Opini Yudik Wergiyanto

Bagaimana Jika Situbondo Menjadi Kota yang Ramah Bahasa Indonesia?

fulitik hari wibowo

Gugah Mental Pemuda Situbondo, Mas Rio: Bisnis yang Bagus Itu Dijalankan, Bukan Dipikirkan

Arian Pangestu Cerpen

Cerpen – Gulistan

fulitik

Ini Poin Utama Pertemuan Mas Rio dengan Menteri Koperasi

Apacapa Imam Sofyan

Pengghir Sereng: Wisata Rumah Pintar Pemilu di Situbondo

Ernawati Film/Series Ulas

Resensi Film: My Idiot Brother

Ahmad Maghroby Rahman Apacapa

Sepotong Surat Suara untuk Mantanku

Buku M Ivan Aulia Rokhman Ulas

Ulas Buku – Hijabers in Love

Cerpen Moh. Jamalul Muttaqin

Cerpen: Pelangi

Apacapa Moh. Imron

Situbondo Ghumighil: Nèmor Sudah Tiba

Cerpen Rumadi

Cerpen – Batas yang Direbutkan