Puisi-puisi Irham Fajar Alifi: Layu Kelopak Kamboja

 Menggenggam Hari Sakral

 

Bisa
jadi, yang datang padamu

Bukan
hanya penyesalan

Melainkan
resah akan masa depan

Legi,
pahing, pon, kliwon kau tunggu;

kau
hitung

 

Sementara
tak pernah kau pinang kebahagiaan

Kecuali
sepihak langkah ibu bapakmu

Kini
kau hanya mampu membiarkan

tubuhmu
dibanjur

Diwarnai
warna-warni kembang setaman.

Padahal
yang akan kau genggam

bukan
sekadar keresahan tapi juga penyesalan

 

Sekaran,
2022

 

 

 

Tidurkan Aku Saat Sahur

 

Jangan lantas kau suapi aku

Harapan dan keinginan

Sekadar untuk

Menahan nestapa dan rindu

 

Tidurkan aku saat sahur

Saat gelap langit begitu tegas, dan

Nyala mata sebatas temaram

 

Biarkan aku tidur

Sebagaimana gambar hidup di siang hari

Melupakan haus dan lapar

Demi maghrib yang diharap segera datang

 

Gunungsari, 2023

 

 

 

Gelap Malam

 

Gelap malam dan kejahatannya

Serupa diksi dalam bait puisi

Terlampau indah arkais kata

Menelusur tubuh penuh dosa

 

Senyum sumringah pemuja cinta

adalah asal dosa itu bermula

puja-puja dan mantra-mantra

Menelisik insan yang haus buaian

 

Pagenteran, 2023

 

 

 

Layu Kelopak Kamboja

 

Siapa lagi yang akan hidup

Di kepala mu sebagai sebuah nama

Setelah kelopak kamboja yang kau genggam

Telah layu; hilang warna-warni

hilang wangi-wangi nya

 

Akankah kembali kau tanam

Sebuah nama di kepala

Tanpa peduli bagaimana suara hati

Atau memang tak ingin kau pupuk kesungguhan

Sebagaimana kau memilih siapapun

maksud dari pelampiasan

 

Bali-Semarang-Pemalang, 2022-2023

 

 

 

Dua Jari Rembulan

 

Dua jari rembulan hanyalah penantian

Bagi segenap kerinduan insan

Tangis bayi menanti buaian

adalah umpama doa-doa yang kita langitkan

Memekik tajam melahirkan harapan

 

Rembulan ayu menanti

Menyambut hangat. Mendekap hati

yang haus rahmat Tuhan.

Tiadalah rembulan ayu

selain sebagai

cinta kasih yang terkasih

 

Cikendung, 2023

 

 

Tentang Penulis

Irham Fajar Alifi. Lahir
di Pemalang, 2 Mei 2001. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa di salah satu
kampus di Semarang. Menulis puisi sebagai kegiatan di waktu luang. Beberapa
puisi pernah tayang di media online antara lain katanta.com, riausastra.com,
rembukan.com, linikampus.com, kurungbuka.com
.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kampung Langai

Free Download Buletin Festival Kampung Langai

Apacapa Ulfi Nurkholifatunnisa

Pengaruh Media Sosial Terhadap Wawasan Kebangsaan Generasi Z

A. Warits Rovi Cerpen

Cerpen: Lelaki Yang Bercita-cita Jadi Tukang Sihir

Cerpen Yuditeha

Cerpen: Berhenti Bekerja

abdul wahab Apacapa fulitik

Tentang Anggota DPRD dan Aspirasi Rakyat

Uncategorized

Hari Raya Kurban dan Penghutbah yang Setia

Apacapa Hasby Ilman Hafid

3 Hal Unik yang Pernah Dilakukan Oleh Santri

Irma Muzaiyaroh Puisi

Puisi – Sang Bayu

Apacapa Imam Sofyan

Pandemi dan Air Mata Driver Aplikasi Joker

Buku Junaedi Resensi Ulas

Resensi: Passion Seorang Ganjar yang Gayeng Dalam Membangun Jawa Tengah

Apacapa Moh. Imron

Situbondo Ghumighil: Nèmor Sudah Tiba

Anwarfi Kurliyadi Puisi

Puisi-puisi Kurliyadi: Yang Kita Ingat

Prosa Mini Yudhianto Mazdean

Belajar dari Semesta; Kematian Bangsa Koloni

Apacapa Esai Mohammad Farhan

HUT RI dan Kesadaran Anak Kelas 5 SD

Apacapa Imam Sofyan

Kabar Duka itu Datang

Apacapa Muhammad Hajril takanta

Alasan Kenapa Perempuan Dipilih Sebagai Tunggu Tubang dalam Tradisi Adat Semende

Apacapa Jamilatul Hasanah

Sports-Sciences: Kolaborasi Pembelajaran Olahraga dan Fisika

Amaliya Khamdanah Buku Resensi Ulas

Resensi: Melintasi Zaman di Kudus Melalui Novel Sang Raja

Ilyana Aziziah Mored

Membuat Gulali Bersama Teman

Apacapa fulitik matrais

GOR BK Serius Amat, Ini Usulan Nama Alternatif yang Patut Dipertimbangkan