Puisi Mored: Harapan Kalbu


Oleh: Gladis Adinda Felanatasyah*

Percikan Karya

Seputar
pena
Yang
meracik bongkahan kata
Menjadikannya
makna yang renyah
Nikmati
lah
Tenggelamlah
dalam ramuan nebula
Hingga
kau mencandui sebuah karya
Mari
kukatakan kembali
Guratan
luka adalah kepedihan
Ketika
rindu memanggil
Merasung
segala benci dan dendam
Kala
itu kita adalah
Deretan
kertas putih tanpa makna
Memoles
tinta tinta keagungan
Hingga
terciptalah persekutuan dawai diantara kita.
Yudhistiraku

Gurat
 wajahnya  berlalu lalang
Senyum
sumringah setenang yudhistira
Aku
terpasung dalam limbungan pelukan hangatnya
Kau
tak rindu mendekapku di malam purnama?
Dentum
meriam menjerit kerinduan
Dahsyat
dan semakin menggema dipenghujung surup
Sayup
sayup kedipan mata
Ia
mulai lelah menyisir jalannya
Bagaimana
jika aku melambai pergi
Aku
hanya gemar tersenyum lirih
Menapaki
jalanan yang amat jauh
Mencumbui
waktu yang seakan membeku
Kutunggu
walau pilu
Hingga
datang kau memelukku.
Dimana Jejakmu?

kupandangi
langit yang mulai gelap gulita
jalanku
terhuyung tak tentu arah
kau
berkata manis merasuk rasa
yang
saat ini merusak maharana
begitu
angkuh bersifat buana belaka
naluri
yang terjadi benar benar nyata
bombastis
gelenting bergelimang melipuri granula
teracuni
zat zat pendusta
kini
malam ku gorib tak semapan lazuardi
lantunan
penyair telah hampa menciptakan puisi
aku
rindu pada malam yang menjanjikan gulali
kau
lama tak menyapa si maharani
kembalilah…
peluk
aku kembali
tuntun
hingga sampai pada syurga ilahi.
Harapan Kalbu

Ku
menyeruput hangatnya teh pereda rindu
Nyaman
mengaliri setiap urat nadiku
Dalam
harap yang masih abadi yang selalu kusentuh
Heran
mengapa tak tercipta temu
Ku
apusi hati yang mulai mengadu ngeluh
Bisikkan
kalbu bahwa kau tak kan ragu
Ku
luahkan cinta kepada kabar yang tak pernah sampai
Kepada
lelaki dipersimpangan kota permai
Bernamakan
Kota Keris yang damai
Meski
gemang gentayangan mengusik hidup
Ku
tempuh dimalam yang sayup
Kau
adalah objek di setiap lembar sajak
Latar
di setiap tulisan yang ku cipta
Hingga
detik ini, esok, dan seterusnya.
Penari Rindu

Kepada
seni yang indah
Terciptalah
lenggak lenggok nyata
Beribu
arti
Membisikan
kagum di hati
Hiasi
budaya dengan seni yang hakiki
Jemariku
adalah
anak anak pena
Yang
lincah menari
Menari
Melukis
berbait bait puisi
Setiap
aksara yang terangkai
Melukis
gambaran prasasti
Ketika
ketipak ketipung terdengar
Lihatlah
kemolekan yang memukau
Meresap
di renung kalbu
Menabur
senyum sumringah bagai ratu
Terperangkap
dalam hangat biduanda kesenian
Menciptakan
candu mencintai tahta.
________________ 
*) Siswi SMA 1 IBRAHIMY Sukorejo, dan dewan redaksi buletin
Najwa MTs Salafiyah-Syafi’iyah Sukorejo.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Ferdiansyah fulitik

Rakyat Rebutan Minyak Goreng, Partai Moncong Putih dan Partai Mercy Rebutan Kursi

Cerpen Syarif Nurullah

Cerpen: Bagaimana Cara Kita Berkenalan?

Puisi Zainul Anshori

Seuntai Pengorbanan

Buku Thomas Utomo Ulas

Ulas Buku: Perjalanan Melarikan Luka

Fendy Sa’is Nayogi

Memahami Pepatah Madura: Gherrâ Ta’ Bisa Èangghuy Pèkolan, Lemmes Ta’ Bisa Èangghuy Panalèan

Apacapa Irwant

Pernak-Pernik Lebaran

Cerbung Ipul Lestari

Cerbung : Raisha Karya Ipul Lestari

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Pertunjukan Teater, Setelah Sekian Lama

Apacapa Uwan Urwan

Cangkaro’ Camilan Murah

Lelaki Sungai Puisi

Puisi: Diorama Talang Siring

Ahmad Jais Puisi

Puisi: Sajak Si Manusia Mesin

Cerpen Yudik Wergiyanto

Sepasang Kekasih yang Berpisah Karena Hujan

A. VickySha Cerpen

Cerpen: Peti Mati

Indra Nasution Prosa Mini

Cerita Seorang Keluarga yang Mengalami Banyak Hutang

Advertorial

Atur Keuangan Anda dengan Baik

Apacapa Moh. Imron

Penggiat Sastra Pesantren di Situbondo (Bagian 1)

Buku Cahyo Saputro Resensi Ulas

Resensi: Lelaki, Cinta, dan Masa Lalu

Buku Imam Sofyan Ulas

Review Buku Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer

Apacapa Indra Andrianto

Menjadi Kepala Sekolah yang Inovatif

Cerpen Muhtadi ZL

Cerpen: Dengan Rasa