Menjadi Perempuan Cerdas di Era Milenial

Apa
kabar perempuan Indonesia? Apa sudah menjadi lebih baik atau masih mengingat
masa lalu?
Menjadi
perempuan di jaman now harus gesit dan tegas. Tak hanya warna-warni saja yang
menghiasi wajahmu setiap hari. Tapi perempuan harus berintelek agar bisa
mendidik anak-anaknya dengan baik.
Tak
ada yang melarang ingin cantik. Tapi cantik harus punya pemikiran yang cerdas.
Cerdas disini bisa memahami suatu masalah, menjadi contoh yang baik dan suri
tauladan. Dan juga tidak mudah mengumbar masalah kepada sembarang orang.
Apalagi sampai menulis status di laman media sosial. Jangan! Karena perempuan
yang baik dan cerdas bisa menyimpan masalahnya dan mencoba menyelesaikannya
dengan caranya sendiri.
Pemikiran
wanita cerdas selalu dinanti dan dijadikan referensi. Tidak mudah goyah
ketika  orang lain  mengkritiknya. Ia selalu sibuk berbenah diri dan
mengoreksi dirinya. Tak ada waktu untuk membicarakan orang lain. Belajar adalah
fokus utamanya. Karena ia selalu percaya pada diri dan kemampuannya.
Tak
ada hal yang lebih penting selain belajar dan memperbaiki diri. Bahkan tak ada
waktu hanya untuk berhias dan berdandan. Ia yakin akan menyesal ketika tidak
bisa belajar. Karena belajar membuatnya kuat, tegas, mandiri dan bisa
menginspirasi orang lain.
Perempuan
cerdas tidak butuh pujian. Karena ia sadar, pujian akan membuatnya lupa. Ia
lebih memuji pada Sang Pemilik Kehidupan. Tak layak bagi dirinya mendapatkan
pujian karena ia masih banyak cacat yang mungkin orang lain tak mengetahuinya.
Perempuan
cerdas bukan dilihat dari status, foto di laman media sosialnya. Tapi saat dia
diajak bertukar pikiran. Orang akan menilainya “sejauh mana kemampuan
berfikirnya,” bukan dengan status dan foto yang ia share di laman media sosial-nya.
“Perempuan
adalah tiang negara” begitu yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Shalallahu
alaihi wassalam. Kalau perempuan itu baik,maka negara akan baik pula. Begitu
pula sebaliknya.
Kita
lihat! Sudahkah kita menjadi perempuan yang diidamkan ummat ataukah kita masih
menjadi perempuan yang menyesatkan ummat (bahan fitnah)?
Biodata Penulis
Nanik
Puji Astutik tinggal di Situbondo,  Instagram
@nanikpuji93.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Resensi Shendy Faesa Widiastuti

Resensi: Malioboro at Midnight

Apacapa Fadhel Fikri

Gus Miftah dan Dakwah yang Merendahkan: Sebuah Kritik dari Perspektif Teologi Antroposentris

Cerpen

Cerpen – Rindu

Cerpen Fahrus Refendi

Cerpen: Tahun Baru Terakhir

Cerpen Haryo Pamungkas

Cerpen: Sebuah Cerita di Hari Pernikahanmu

Buku Toni Al-Munawwar Ulas

Pentingnya Kesehatan Gigi dan Mulut

Apacapa

Ketika Jurnalisme Tidak Harus Selalu Bergegas

Alexong Cerpen Hana Yuki Tassha Aira

Cerpen: Waktu yang Pecah di Balik Pintu

Cerpen Yuditeha

Cerpen: Berhenti Bekerja

Heru Mulyanto Mored

Bocah dari Palung Merah

Mohammad Cholis Puisi

Puisi: Catatan Malam

Prasetyan Ramadhan Puisi

Puisi: Malam Kota Stabat

Agus Hiplunudin Buku Feminis Politik Ulas

Ulas Buku : Perempuan, Politik, dan Pemilu

Apacapa Denny Ardiansyah

Ode untuk Orde Pak Dadang

Apacapa

Begitulah Moh. Imron

Buku Fara Firzafalupi Ma’rufah Resensi Ulas

Resensi: Ikhlaskan Lepaskan Perjuangkan

Cerpen

Cerita dari Taman Kota dan Surat Kabar Misterius

Buku Dani Alifian Resensi Ulas

Ulas Buku: Bahasa Sub Struktur Kekuasaan

Advertorial

Cara Cepat dan Mudah Agar Pakaian Tetap Harum Sepanjang Hari

Buku Cahyo Saputro Resensi Ulas

Resensi: Lelaki, Cinta, dan Masa Lalu