Diary Al Kindi: Lebih Dalam dari Sekadar Matematika 100–31=69

“Sebelum saya memecahkan masalah 100 – 31 saya akan bertanya pada guru di kelas: Darimana angka itu berasal ? Karena tidak mungkin saya mempelajari sesuatu yang tidak kupahami asal muasalnya.” – Indra Andrianto dalam karyanya Diary Al Kindi

Al Kindi pada usiamu yang kelak menginjak angka sembilan tahun. Ayah ingin sekali melihatmu membaca kutipan dan penjelasan tentang hubungan angka pada realitas yang sebenarnya. Kamu pahami baik-baik tulisan ini, jangan sampai terlewat di hati pikiranmu meskipun cuma sepatah dua kata.

Tulisan ini lebih dalam dari Sekadar Matematika soal 100 – 31 hanyalah simbol. Pesan utamanya bukan tentang hasil hitungan 100 – 31 = 69, melainkan tentang rasa ingin tahu terhadap asal-usul pengetahuan yang sedang disuguhkan oleh guru di sekolahmu. Anak yang berani bertanya “dari mana angka itu berasal?” berarti sedang menunjukkan kecenderungan nilai-nilai filosofis, artinya tidak puas hanya dengan prosedur teknis tentang jawaban sebatas 100 – 31 = 69. Kamu ingin tahu lebih dalam dibalik angka yang kamu ketahui atau makna yang sebenarnya. Dan untuk mengetahui makna dari setiap gejala yang ada adalah dengan keberanian bertanya, layaknya Socrates ketika mencari “emas murni” atau pengetahuan dasar dengan menggunakan metode meutik.

Per hari ini, tidak semua siswa berani mengajukan pertanyaan yang mendasar di dalam kelas atau di lingkungan luar sekolah. Kutipan ini bukan tanpa dasar namun menggambarkan keberanian intelektual untuk tidak sekedar menerima mentah-mentah dan dangkal dari apa yang kamu pelajari, tapi juga menggugat dasar dari apa yang dipelajari selama ini (ontologi ilmu).

Sikap ingin tahu tentang asal-muasal angka sejalan dengan tradisi para ilmuwan klasik (termasuk ilmuwan Muslim seperti Al Kindi, Al Khawarizmi, Ibnu Sina) mereka benar-benar menelanjangi dan mendalami tentang syarat-syarat ilmu pengetahuan agar menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Mereka selalu bertanya: apa hakikat angka? dari mana konsep matematika itu lahir?

Pelajaran tentang “Rasa Ingin Tahu” seperti itu tujuannya jelas: ilmu pengetahuan tidak boleh dipelajari dengan cara hafalan kosong tanpa tahu maknanya. Tanpa memahami asal-usul, ilmu kehilangan maknanya secara mutlak dan tak berguna.

Secara keseluruhan, kutipan ini memberi kesan kritis pada setiap apa yang akan kamu temui, filosofis karena memang semua memiliki dasar-dasar kebermaknaan, dan tentu sangat visioner dalam melihat kebenaran. Kamu akan dibawa pada suatu tempat yang membuatmu benar-benar asing dari pola pikir pada umumnya: bahwa manusia belajar bukan hanya tentang menyelesaikan soal, tetapi juga menggali akar dari ilmu pengetahuan yang sedang kamu jalani.

Penulis

  • Penulis bernama lengkap Indra Andrianto. Lahir di Bondowoso pada bulan Maret 1995. Penulis buku Kumpulan Opini #Merawatingat (terbit tahun 2018) dan Catatan Bingung (terbit tahun 2022). Penulis juga aktif menjadi pendidik di JB School Badung, Bali.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Agus Hiplunudin Cerpen

Cerpen: Janda

Cerbung Ipul Lestari

Cerbung : Raisha Karya Ipul Lestari

Ana Rahmawati Buku Ulas

Resensi: Hampa Karya Damalin Basa

ebook

Ebook: Merangkai Kenangan

fulitik

Diserbu Peserta Jalan Santai Bareng Mas Rio, Bakso Agung Talkandang Raup Omzet Jutaan

Puisi

Tragedi Perokok dan Puisi Lainnya

Wisata Situbondo

Wisata Situbondo Lengkap

Buku Imam Sofyan Ulas

Review Buku Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer

Uncategorized

Ciri Lembaga Penyedia Les TOEFL Terpercaya di Indonesia

Apacapa Esai Khossinah

Dari Secagkir Kopi ke Minuman Instan

Apacapa

Gen Z Situbondo, Jangan Dulu Pergi

Apacapa Feminis Irham Kahfi Yuniansah

Diskursus Feminisme Jawa: Kekuasaan dan Laku Spiritual

Mored Moret Puisi Nur Akidahtul Jhannah

Puisi Mored: Jeritan Pantai Peleyan dan Puisi Lainnya

Agus Hiplunudin Apacapa Esai

Merajut Kembali Keindonesiaan Kita Melalui Gotong Royong di Era Millennials

Buku Thomas Utomo Ulas

Teka-Teki Tenis, Sosok Misterius, dan Cinta Berlarat

Cerpen

Bocah itu Bernama Laut

Puisi

Kosong dan Sajak-Sajak Lainnya Karya Alif Febriyantoro

Ahmad Zaidi Apacapa Esai

Puthut Ea, Komunitas dan Hutang yang Dilunasi

Ahmad Zaidi Cerpen

Cerpen: Malam yang Dingin, Pantai, dan Senja

Andi Fajar Wangsa Puisi

Kendari Selepas Hujan dan Puisi Lainnya Karya Andi Fajar Wangsa