Kau tak pernah
takut kehilanganku
takut kehilanganku
Sebab, kau tahu
Aku tak akan
meninggalkanmu
meninggalkanmu
Aku tak pernah
takut kehilanganmu
takut kehilanganmu
Sebab, aku telah
persiapkan
persiapkan
Segalanya, jika
pun kau meninggalkanku
pun kau meninggalkanku
Sepasang
Sayap
Sayap
Sepasang sayap
merpati dicipta dari kesedihanmu
merpati dicipta dari kesedihanmu
Saat kau menyaksikan
seorang lelaki di depan
seorang lelaki di depan
Penghulu itu
sempat melucuti pakaianmu
sempat melucuti pakaianmu
“Harusnya, ali-ali
itu
itu
Melingkar di
jariku,” katamu
jariku,” katamu
Harusnya tak ada
apa pun
apa pun
Yang tinggal saat
kau memilih
kau memilih
Terbang dengan sayap
itu dan bermimpi
itu dan bermimpi
Seakan kau adalah
Ikarus
Ikarus
Tapi, siapa yang
tak tahu dengan nasib
tak tahu dengan nasib
Ikarus yang mesti
mati, seperti
mati, seperti
Harap harapmu kini
Pertanyaan
Apakah bahagia
bisa dijumpai
bisa dijumpai
Seorang anak kecil
yang sedang mendengar
yang sedang mendengar
Cicit burung
gereja?
gereja?
Sedang demi nasib
baik kami
baik kami
Seseorang
merelakan tubuhnya
merelakan tubuhnya
Disalibkan.
Apakah kesedihan
bisa dirasakan
bisa dirasakan
Tuan Droogstoppel
yang terhormat,
yang terhormat,
Si Makelar Kopi?
Sedang segala puja
puji selalu
puji selalu
Diberikan pada
seseorang
seseorang
Yang tubuhnya disalibkan.
Apakah cintaku
bisa tertangkap
bisa tertangkap
Bening kedua
matamu?
matamu?
Sedang segala aku
adalah
adalah
Tiang salib itu
Sendiri.
Aku
Akan Pergi
Akan Pergi
Aku akan pergi,
Kau berdiri di
batas kampung
batas kampung
Untuk tak
mengenangku
mengenangku
Di depan sana masa
depan
depan
Adalah belantara
yang tak kau tinggali
yang tak kau tinggali
Dan aku mesti
menempuhnya
menempuhnya
Untuk tak
menemukanmu
menemukanmu
Ketika padang
rumput telah kulewati
rumput telah kulewati
Aku memasuki hutan
ingatan
ingatan
Kayu kayu tinggi
menjulang kokoh
menjulang kokoh
Seperti benteng
yang dibangun menutup dirimu:
yang dibangun menutup dirimu:
Dewi yang pernah
tertidur di pelukku
tertidur di pelukku
Dan kini buta
mencari cari pelukan lain
mencari cari pelukan lain
Aku mengasah kapak
meski harapan tak tampak:
meski harapan tak tampak:
Menebang seribu
pohon dan,
pohon dan,
Berharap matahari
jatuh
jatuh
Adalah aku, doa
itu, tetap tak bisa diterbangkan
itu, tetap tak bisa diterbangkan
Amin bocah
kelaparan untuk mengetuk pintu langit
kelaparan untuk mengetuk pintu langit
Tempat Tuhan berdiam
dan kau tak padam
dan kau tak padam
Reinkarnasi
ke 13
ke 13
Dunia membentang
di bawah
di bawah
Kakiku, gerimis
jatuh seperti langkah
jatuh seperti langkah
Dan jejak ini
mungkin
mungkin
Terhapus seperti
jati diri
jati diri
Aku mencari diriku
Di tengah rimba gedung
gedung
gedung
Di hancurkan
Nyanyian kelasi
yang terdampar
yang terdampar
Terpapar gatal,
dan kelaparan
dan kelaparan
Terpapar ketakutan
akan kematian
akan kematian
Tapi tubuh mana
mesti kutinggali
mesti kutinggali
Lahan mana
tanahnya mesti kugali?
tanahnya mesti kugali?
Aku mencari diriku
yang bosan
yang bosan
Menempuh berbagai
kelahiran
kelahiran
Di antara
peperangan
peperangan
Aku menemukan
diriku berada
diriku berada
Di antara
sekawanan orang yang bangga
sekawanan orang yang bangga
Dengan yang
disematkan pada baju zirahnya
disematkan pada baju zirahnya
Yang bangga dengan
serentetan peristiwa
serentetan peristiwa
Yang merenggut
nyawa sesamanya
nyawa sesamanya
: manusia!
L
Tubuh pedihmu, tubuh
pedihmu mengantar perjalanan baru
pedihmu mengantar perjalanan baru
Menujum masa depan
sebuah kisah paling sedih
sebuah kisah paling sedih
Paling basah bagi
tubuh yang ringkih
tubuh yang ringkih
Kau sediakan
bagiku dua puting tegak
bagiku dua puting tegak
Aku mendakinya
memukimkan dua kecupan
memukimkan dua kecupan
Kerinduan bocah
pada rahim ibunya yang gelap
pada rahim ibunya yang gelap
Sengatan
kepekatan, hujaman tajam
kepekatan, hujaman tajam
Sekuntum bunga dan
wanginya kuziarahi
wanginya kuziarahi
Harum selaputmu
koyak moyak oleh gelombangku
koyak moyak oleh gelombangku
Membuncah, menyala
api gairah
api gairah
Kutanam benih bayi
bayi yang memilih mati
bayi yang memilih mati
Serdadu maut
paling abadi
paling abadi
Sebab hidup tak
memberi asa apapun
memberi asa apapun
Tak ada yang lebih
menyedihkan selain tinggal di
menyedihkan selain tinggal di
Dunia cantik kejamnya:
homo homini lupus!
homo homini lupus!
Kematianku adalah
kehidupan milikmu
kehidupan milikmu
Kematianmu adalah
gerbang bagi segala yang fana
gerbang bagi segala yang fana
Rambutmu menutup
jenjang jalan udara
jenjang jalan udara
Jalan bagi semua
yang kehilangan suara
yang kehilangan suara
Rambutku kini,
gelombang ombak pengoyak
gelombang ombak pengoyak
Kau cium apak itu,
kau rapikan hitam itu
kau rapikan hitam itu
Kau ikat.Kuikatkau
hari ini
hari ini
Hanya hari ini.
Kau tumbuh dalam aku
Kau tumbuh dalam aku
Dalam tubuhku. Sedang
esok kau mati
esok kau mati
Juga dalam aku, dalam
gelombang rambutku
gelombang rambutku
Dalam apak itu,
hitam itu: pengikatmu
hitam itu: pengikatmu
Biodata
Penulis
Penulis
Aji
Sucipto lahir di Pandeglang 30 Desember pas Soeharto masih Presiden. Mahasiswa
sastra Indonesia di salah satu universitas kurang terkenal di Tangerang
Selatan, dan sedang merintis Komunitas Cawan Kosong bersama kawan-kawannya.
Tinggalkan Balasan