Puisi: Kopi Mawar

Malam
Perindu
Malam mekar di atas
tembikar basah
yang habis dibasuh
jemari merekah
ia belum lagi tuntas
dibakar
buat menjadi perabot
rumah tangga
kita
Angin sendu membawa
rindu
Mengambang di matamu
yang payau
Malam ini seharusnya
usai
dengan cepat, aku
tak sanggup
lagi menanggung
dingin kesendirian
yang ditusuk-tusuk
rindu penuh kegamangan
 Blitar, 2019
Kopi
Mawar
Kopi yang kureguk
malam ini
Tak lagi sepekat
seduhan lampau
Sebab kenangan telah
musnah
Dalam amarah yang
gegabah
Mawar merah yang
sempat rekah
Menghitam kelam
penuh duri
Tajam menusuk jiwa
yang resah
Hingga risak seluruh
diri
Blitar, 2020
Kapal
Rindu
Belum juga tuntas
rindu yang membelukar
Pada semak-semak
pelataran malam
Bunga kesunyian
berguguran
Di atas sisa kopi
yang tumpah
Sajak-sajak lekas
didengungkan buat
mengisi lautan malam
yang kosong
Hanya lolong srigala
yang melintas
di antara
kapal-kapal mimpi
yang semakin hari
semakin
menjadi badai elegi
Kapal-kapal mimpi
seakan karam
Dalam palung hatimu
yang beku
Tubuhmu menjadi
pusaran rindu
Bagi hatiku yang
lekas sendu
Blitar, 25 Juni 2019
Aku
Gemuk Lagi
Aku gemuk lagi
Semenjak bulan
purnama yang lalu
Engkau pergi tanpa
alasan yang pasti
Meninggalkanku
seolah tanpa dosa sama sekali
Aku gemuk lagi
Memikirkan segenap
kenang meradang
Rindu bengkak dalam
palung hati yang makin risak
Harapan hangus di
antara puing asa yang berdesak-desak
Aku gemuk lagi
Melahap segala duka
Dalam rangkaian
malam kelabu
Dan genderang
kecemburuan bertalu
Blitar, 2019
Kotak
Merah Jambu
Kalender itu selalu
kutatap dengan lekat
Serupa menghadap
bendera dengan khidmat
Aku tak pernah lupa
bahwa tanggal yang telah
aku lingkari dengan
sepidol merah
adalah hari ulang
tahunmu
Namun kusadari bahwa
aku
bukanlah siapa-siapa
hanya pemuda
kepalang tanggung
yang cukup hidup
dengan sederhana
Kado ini kusiapkan
dengan penuh perjuangan
Peluh dan keluh
kuusap dengan segenap angan
Tentang masa depan
penuh pengharapan
Kusimpan gelang
sederhana untukmu
Sebuah Giok Tibet warna
biru
Kubungkus dengan
kotak merah jambu
Sebagai ungkapan
selamat ulang tahun usiamu
Blitar, 2019
BIODATA
PENULIS
Ahmad Radhitya Alam,
mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Gadjah Mada. Bergiat di Baitul Kilmah dan Sanggar Lincak. Tulisannya dimuat di
antologi bersama dan beberapa media cetak serta elektronik.

Penulis


Comments

Satu tanggapan untuk “Puisi: Kopi Mawar”

  1. Mantab gan

Tinggalkan Balasan ke Az One Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

M. Kholilur Rohman Resensi

Resensi: Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong

Anwarfi Puisi Saiful Bahri

Puisi-puisi Saiful Bahri: Tubuh Ramadan

Puisi Syukron MS

Puisi: Wonokromo, Cinta, dan Masa Lalu

Ahmad Maghroby Rahman Apacapa

Rekacipta Upacara Hodo: Belajar Dari Lenong

Agus Karyanantio Apacapa

Menanggapi Hari Jadi Kabupaten Situbondo

Apacapa Imam Sofyan

Geliat Literasi dan Harapan yang Takkan Mati

Apacapa fulitik

Kenapa Kaos Orens Tidak Dibagikan Gratis? Malah Dijual. Ini alasannya.

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Teman Saya yang Sudah Menjadi Ayah

Gilang Sakti Ramadhan Puisi

Puisi: Semadi Bulan

Cerpen Ruly R

Cerpen: Balada Kesibukan

Lelaki Sungai Puisi

Puisi: Diorama Talang Siring

Apacapa Muhammad Riyadi

Menakar Pilkada di Kota Santri: Pengaruh Pesantren dan Politisasi Identitas

Apacapa Moh. Imron

Di Balik Desain Logo Argopuro Fest 2

Buku Muhamad Bintang Resensi Ulas

Resensi: Pahlawan Nasional KH. Noer Alie (Singa Karawang Bekasi)

M.Z. Billal Puisi

Puisi: Hujan Pukul 12.30

Apacapa takanta

Burnik City: Dulu Tempat Main, Sekarang Tempat Healing

Cerpen Eko Setyawan

Cerpen: Carlina dan Dangdut yang Mencelakainya

apa Esai N. Fata

Demokrasi Kebun Binatang

Muhammad Husni Puisi Tribute Sapardi

Puisi: Payung Hitam 13 Tahun

Ahmad Maghroby Rahman Apacapa

Sepotong Surat Suara untuk Mantanku