Cerita: Ikan Asap

Ingatkah kamu
ingatkah kamu saat kita bersedih
ingatkah kamu saat kita bahagia
ingatkah kamu janji bersatu
demi kasih sayang kita
menempuh hari esok berdua
~

Penggalan lirik lagu ini pernah mewarnai ruang pendengaran saat saya masih SMA. Lagu yang mungkin bisa mengepulkan asap ingatan masa lalu bagi pendengarnya kala itu. Asap Band.

Awalnya saya pikir nama “asap” yang berasal dari pembakaran ternyata singkatan.

Tapi kali ini saya gak mau bahas Asap Band, tapi ikan asap.

Jadi, Mei lalu, lelaki gundul datang ke rumah pada suatu pagi. Ia langsung menyeringai, memamerkan baris giginya. Saya memanggilnya Mas Agung. Kali ini ia sedang berbisnis ikan asap. Saya penasaran setelah mengetahuinya di media sosial. Dan Mas Agung sedang mengantar pesanan saya, 1 paket berisi 4 ikan tongkol dan bumbu petis.

Kami berbincang sejenak tentang proses pengasapan ikan. Katanya pengasapan ikan ini memakan waktu sekitar enam jam. Ada perbedaan ikan panggang dengan ikan asap.

Dalam prosesnya, mas Agung menggunakan tong besar. Jarak pengasapan sekitar 80 sentimeter. Sehingga aroma, tekstur dan cita rasa yang dihasilkan sangat khas.

Ikan asap ini memiliki daya tahan yang lama dan kandungan yang baik buat tubuh—bisa tanya ke mbah G. Ia juga bercerita mulai dari kulakan ikan hingga pemasaran ke berbagai tempat.

Saya mengenal Mas Agung sejak 2014 di komunitas ngaleleng. Dari dulu saya tidak pernah tanya apalagi ngurus urusan asmara. Saya tidak pernah penasaran, biarlah menjadi urusan pribadinya. Tapi kali ini tanpa diminta, ia bercerita sendiri tentang kekasihnya. Seperti yang saya ketahui, beberapa bulan lalu Mas Agung menikah. Ia juga mengabari kalau saat ini tinggal di Olean bersama istrinya.

Sebagai suami tentu harus bertanggung jawab. Salah satunya yang digeluti ialah berbisnis ikan asap. Karena ia tahu, dapur harus tetap mengepulkan asap. []

Penulis

  • Moh. Imron, lahir dan tinggal di Situbondo


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Puisi T. Rahman Al Habsyi

Puisi: Merakit Tidur

Apacapa Esai Wahyu Umattulloh Al

Mulailah Sadar Akan Peduli Alam

Nuriman N. Bayan Puisi

Pantai yang Menyerah dan Puisi Lainnya

Fahris A. W. Puisi

Puisi – Lagu Masa lalu

Fikri Mored Moret

Cerbung: Fikri dan Kisah-Kasih di Sekolah (Part 4)

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Situbondo Makin Dingin Akhir-Akhir Ini, Tapi Tidak Bagi Imron

Apacapa

Mengenang Sumur, Menatap Luka yang Curam

Agus Hiplunudin Apacapa Feminis

Waria dan Kemenangan Kaum Feminis

Apacapa

Politik Menyegarkan Ala Mas Rio

Apacapa Fendy Sa’is Nayogi

Pertanian 4.0: Mari Bertanam di Internet!

Ahmad Zaidi Apacapa

Merindukan Pariopo, Merindukan Hujan

Erliyana Muhsi Puisi

Puisi: Telanjang Pudar Karya Erliyana Muhsi

Agus Hiplunudin Cerpen

Cerpen : Kesucian Karya Agus Hiplunudin

Ahmad Zaidi Buku Ulas

Ulasan Ugal-Ugalan tentang Romila dan Kutukan Ingatan

Cerpen Moh. Jamalul Muttaqin

Cerpen: Pulang

Advertorial

Memiliki Banyak Rekening Bank, Memangnya Perlu?

Apacapa matrais

Jangan Gagal Paham Soal Kecamatan Baluran

Pantun Papparekan Madura

Pantun Marongghi

Apacapa Supriyadi

Takbiran, Bunyi, dan Memori

Cerpen

Setelah Canon In D, Aku Mungkin Tak Ada Lagi