Ji Yoyok Peduli Disabilitas

 

Lelaki itu tuna netra—kalau istilah di rumah ta’
abâs
—ingin melamar seorang perempuan. Ia dikenalkan oleh temannya. Usaha
untuk mendapatkan calon perempuan ditolak oleh pihak keluarga perempuan.
Sederhananya; mengurus dirinya sendiri tidak bisa, apalagi mengurus keluarga.
Mau kerja apa? Bagaimana kehidupan di masa depan?

Perempuan itu rupanya benar-benar menaruh
cintanya pada hati lelaki tuna netra. Tak peduli pada kondisi fisik. Karena
cinta membuat segalanya menjadi sempurna. Perempuan itu juga berjuang keras,
meyakinkan keluarga untuk menerima, menjadi bagian belahan jiwanya.

***

Oleh:
Moh. Imron

Itu sekilas cerita dari seorang lelaki tuna netra
dari Situbondo. Sudah mempunyai istri dan dikaruniai dua anak. Saat itu pula
saya masih belum menikah. Kalah telak. Saya kenal pada saat keberangkatan acara
Pandu Inklusi Nusantara 2018 di Yogyakarta. Mbak Luluk mendelegasi saya untuk
menjadi pendampingnya. Tugas saya memandu dan menyiapkan apa saja yang
dibutuhkan pada acara itu. Nah pada saat di penginapan, saya iseng bertanya
urusan asmara, bagaimana kisah awal bertemu dengan istrinya. Jempol.

Selama berkegiatan di sana, saya sempat
mengunjungi salah satu pure dan masjid yang sudah aksesibilitas terhadap saudara-saudara
disabilitas, juga sempat sharing, mereka sangat senang bisa beribadah,
mendapat akses yang mudah seperti jalur pemandu, ramp, toilet dan lain
sebagainya. Saya banyak bertemu dengan orang-orang inspiratif.

Sebulan setelah acara Pandu Inklusi Nusantara, dilanjut
dengan kegiatan di Kabupaten Situbondo. Launching Situbondo Inklusi yang
bersamaan dengan perayaan Hari Disabilitas Internasional. Kegiatan ini sebagai
penanda bahwa masyarakat dan pemerintah telah membuka diri, bergerak menuju
Situbondo Inklusi. Relawan dari Situbondo dan luar sangat antusias mengikuti
kegiatan ini. Setelah itu saya vakum, jarang mengikuti kegiatan yang
berhubungan dengan disabilitas. Barulah di tahun 2020, minimal saya bisa
mengakses banyak informasi tentang disabilitas.

Nah, hari Minggu, 18 Oktober 2020, saya
berkesempatan mengikuti kegiatan dialog dan serap aspirasi saudara-saudara
disabilitas bersama H. Yoyok Mulyadi. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada pagi
menjelang siang di Aula Wisata KK 26 Desa Olean.

Mbak Anita bertanya tentang wisata Situbondo yang
saat ini masih banyak yang tidak akses disabilitas, apakah nanti wisata
Situbondo akan dibuat akses?

Ya, akan dibuat akses, kata H. Yoyok, beliau berkomitmen
memfasilitasi kebutuhan disabilitas. Pokoknya wisata yang dibuat pemerintah itu
menjadi kewajiban membuat saranan disabilitas. Apalagi 2022 Situbondo menjadi
tuan rumah Pandu Inklusi, jadi tahun 2021 fasilitas-fasilitas disabilatas  harus dibangun dan diintruksikan ke desa-desa
untuk  menyiapkan sarana prasaran untuk
melayani mereka karena dasar pelayanan 
itu mulai dari bawah atau desa.

Saya melihat sepintas dalam dua tahun terakhir program
SINERGI menjadikan Situbondo Inklusi ramah disabilitas antara pemerintah bekerjasama
dengan komunitas disabilitas berkembang sangat pesat.  Sudah ruang banyak yang aksesibilitas, baik
fisik dan layanan, di beberapa instansi, kecamatan, desa, serta ruang publik.
Termasuk adanya dokumen roadmap Situbondo Menuju Kabupaten Inklusi Ramah
Disabilitas Tahun 2018-2022 sebagai panduan pembangunan bagi Pemerintah
Kabupaten Situbondo dalam upaya memberdayakan, melindungi, memenuhi, dan responsif
terhadap hak disabilitas ini sangat luar biasa.

Akankah di tahun 2022 Situbondo benar-benar
menjadi Situbondo Inklusi Ramah Disabilitas? Semoga melalui
program SINERGI (Situbondo Inklusi
Terintegrasi) yang melibatkan semua OPD, instansi dan institusi terkait,
kelompok pendukung dan/atau kelompok masyarakat, pemerintahan kecamatan, serta
pemerintahan desa bisa tercapai
. []

Penulis

  • Moh. Imron, lahir dan tinggal di Situbondo


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Muhammad Hajril takanta

Alasan Kenapa Perempuan Dipilih Sebagai Tunggu Tubang dalam Tradisi Adat Semende

Penerbit

Buku: Kesiur Perjumpaan

Apacapa Rahman Kamal

Menghidupkan Kembali Semangat Ki Hadjar Dewantara

Ahmad Zaidi Cerpen

Cerpen; Clarissa

Ahmad Maghroby Rahman Apacapa

Sebuah Refleksi Pengalaman: Pagi Bening dan Engko’ Reng Madhurâ

Cerpen

Cerpen: Juru Rawat Kenangan

Choirun Nisa Ulfa Prosa Mini

Prosa Mini – Irama Kematian

Daffa Randai Puisi

Bekal Kepulangan dan Puisi Lainnya Karya Daffa Randai

Apacapa

Wisata Kampung, Kampungan?

Prosa Mini Zainul Anshori

Kepergian Seorang Ibu

Muhaimin Prosa Mini

Gadis dan Nyanyian Ombak

Buku Dani Alifian Resensi Ulas

Ulas Buku: Bahasa Sub Struktur Kekuasaan

Esai Hayyi Tislanga

Berperan Tanpa Perasaan

Apacapa Novi Dina

AMDAL dalam Sebuah Percakapan

Alex Buku Ulas

Membaca Dawuk : Kisah Kelabu Dari Rumbuk Randu

Puisi Zen Kr

Puisi : Moksa dan Puisi Lainnya Karya Zen Kr

fulitik

Bang Zul Ajak OJK dan BI Berdayakan UMKM di Situbondo

Agus Hiplunudin Buku Ulas

Filsafat Eksistensialisme Karya Agus Hiplunudin

Fendi Febri Purnama Madura Puisi

Puisi Bahasa Madura: GHÂR-PAGHÂR

Apacapa

Ngopi Bareng: Dari Aspirasi Menuju Aksi