Lontong Ceker: Cocok untuk Sarapan dan Makan Siang

“Bungkus makan sini?”

“Makan sini.”

“Tunggu ya!”

Pagi itu, masih awal bulan Juli 2025, saya memutuskan sarapan di Warung milik Bu Am, nama panggilannya. Lontong ceker bisa menjadi alternatif untuk menuruti selera ketika bangun pagi yang kadang rewel. Saya diajak tunangan hingga berlangganan—sewaktu dia masih mengajar di SDIT Nurul Anshar—untuk mencoba makan lontong ceker. Kira-kira sejak munculnya berita-berita pandemi Covid.

Selesai mengantar anak sampai di depan gerbang PAUD Permata Hati. Saya langsung mengarahkan pandangan ke warung lontong ceker, sebelah timur. Sudah buka. Cuuuus. Rupanya di sana sudah penuh. Meja makan yang disediakan cuma 3. Saya memperhatikan sepasang kekasih yang duduk di meja, sepertinya sudah selesai. Terlihat dari dua piring di hadapannya tersisa tulang dan bekas bumbu.  Mereka juga memesan makanan untuk dibungkus. Ketika Bu Am sudah selesai mereka langsung beranjak untuk membayar, lalu pulang.

Saya masih berdiri di dekat Bu Am, sembari memperhatikan bagaimana menyajikan pesanan saya. Bu Am mulai mencampur bumbu. Dimulai dengan kacang goreng yang sudah dihaluskan seperti gula pasir—supaya lebih cepat halus dari pada kacang yang masih bulat. Menambahkan petis, gula, sedikit garam dan satu cabai. Bu Am sudah hapal, sebab saya tidak suka pedas.

Bu AM memotong lima irisan lontong di mangkok, ditambah mihun, kuah dan ceker. Terakhir menambah bumbu kacang yang diulek tadi serta topping kecambah goreng. Itulah sajian lontong ceker yang disajikan pada pembeli jika dimakan di sana. Jika dibawa pulang, bumbu kacang dan kuah ceker dibungkus berbeda.

Ceker yang disajikan dalam seporsi hanya ada 2 ceker, biasanya saya minta tambahan 2 ceker lagi. Biar puas. Tapi akhir-akhir ini saya tidak meminta tambahan ceker. Saya menggantinya dengan toping potongan hongkong. Tanpa diminta, Bu Am sudah hapal kesukaan saya. Toping hongkong ditambah kerupuk, sempurna cuy. Ketika menyendok lontong beserta kuah campuran kacang, perlahan-lahan dimasukkan ke mulut, wuihhh, rasanya: emm, uenaak. Nyam-nyam-nyam.

Akses ke lokasi warung Bu Am mudah ditemui, yaitu Jl. Ijen Kel. Mimbaan. Jika bingung, dari terminal Situbondo ke arah timur. Maka kalian akan melewati Masjid Nurul Ansar, PAUD Permata Hati.  Sedikit lagi ke arah timur akan tiba di KUA Kecamatan Panji yang terletak di utara jalan. Berhentilah di situ lalu masuk ke kantor KUA jika ingin mendaftar pernikahan. Sementara warung Bu Am di sebelah timurnya.

Mulanya, Bu Am berjualan di rumahnya sejak tahun 2007. Di depan warung yang sekarang, ada gang ke selatan, sekitar 150 meter. Di sanalah rumah Bu Am, tak jauh dari pondok pesantren. Sejak 2014, Bu Am pindah ke jalan raya, supaya lebih mudah dilihat, lebih mudah dijangkau pembeli.

Warung Bu Am cukup sederhana, ia menggunakan rombong bongkar pasang, berwarna biru, atapnya menggunakan terpal, tempat duduk menggunakan trotoar dan lincak di sebelahnya. Bu Am tidak hanya menjual lontong ceker, ada juga tajhin palapa dan rujak lontong. Sementara minuman yang tersedia, hanya es teh, air gelas dan jeruk. Warung Bu Am mulai buka sekitar jam 7 pagi sampai jualannya habis antara jam 12 – 2 siang.

Bu Am pernah bercerita, pelanggannya memesan lewat salah satu ojol, sementara si ojol tidak konfirmasi jika warung Bu Am sedang tutup, ini mengganti dengan lontong ceker warung lain. Pelanggannya tentu hapal bagaimana rasa dari lontong ceker Bu Am, ketika pelanggannya makan di warung Bu Am, ia curhat segala macam.

Benar kata iklan, rasa tidak pernah bohong. Jika ada rasa yang dibohongi berarti kisah cintanya sedang tidak baik-baik saja. []

Penulis

  • Moh. Imron, lahir dan tinggal di Situbondo


Comments

2 tanggapan untuk “Lontong Ceker: Cocok untuk Sarapan dan Makan Siang”

  1. Wah, jadi pengen coba! 😃

    1. Avatar timredaksi
      timredaksi

      Boleh dicoba

Tinggalkan Balasan ke timredaksi Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Cerpen Harishul Mu’minin

Cerpen: Aku Pulang, Bu!

Nuriman N. Bayan Puisi

Pantai yang Menyerah dan Puisi Lainnya

Resensi Thomas Utomo

Resensi: Perempuan Berdaya dan Benteng Ketahanan Keluarga

Ihda Asyrofi Puisi

Puisi: Menaksir Zikir

BJ. Akid Puisi

Ayat-Ayat Luka dan Puisi Lainnya Karya BJ. Akid

Fendi Febri Purnama Madura Puisi

Puisi Bahasa Madura: GHÂR-PAGHÂR

Apacapa Fendi Febri Purnama

Kolong Situbondo: Ada yang Beda pada Diksi Bahasa Madura di Situbondo #1

Achmad Al-Farizi Apacapa Esai

Lagu Aisyah Istri Rasulullah: Sisi Romantis Keluarga Muhammad

Kampung Langai

Free Download Buletin Festival Kampung Langai

Puisi Wahyu Lebaran

Puisi: Kehilangan Karya Wahyu Lebaran

Buku Putri Nur Fadila Ulas

Ketika Dewasa Itu Karena Terpaksa

Cerpen Sheila Primayanti

Cerpen: Kehilangan Sebelum Memiliki

Agus Hiplunudin Buku Ulas

Politik Identitas di Indonesia Karya Agus Hiplunudin

Heru Mulyanto Mored Moret Puisi

Puisi Mored: Malam Monokrom

Apacapa fulitik melqy mochammad marhaen

Mengapa Muncul Mas Rio “Patennang”?

Alex Cerpen

Cerpen: Masalah Ketika Ingin Menjadi Dewasa

Cerpen Heru Mulyanto

Cerpen: Pertemuan

Apacapa Imam Sofyan

Pandemi dan Air Mata Driver Aplikasi Joker

Musik Supriyadi Ulas

Desember dan Musik yang Sendu

Apacapa Supriyadi

Takbiran, Bunyi, dan Memori