Puisi : Kepada Perempuan Karya Nuriman N. Bayan


Oleh: Nuriman N. Bayan
KEPADA
PEREMPUAN
Di suatu waktu kau pasti temui seorang
lelaki
di sebuah kamar yang hening dan khusyuk
kau dengar Al-fatihah begitu syahdu
dan di belakang seseorang mengaminkan.
Di suatu waktu kau pasti temui seorang
lelaki
menggenggam tangan anak-anak dengan erat
menuju ke setapak yang pernah ayah dan
ibu tunjukkan.
kau lihat masa depan tumbuh di pundak
mereka
dan kau tersenyum sambil menatap ke
langit.
Di suatu waktu kau pasti temui seorang
lelaki
dan barangkali—— lelaki itu adalah
aku.
Morotai, 12 Juli 2018.
PANTAI HITAM

kau pun menutup pintu
merapikan daun jendela

membiarkan keheningan 
mendekat di kening
dan
pantai hitam itu
makin
dingin untuk dikenang.
Morotai,
17 Juli 2018.

KETIKA BISOA PANGGIL PULANG
Ketika bisoa panggil pulang
anak ombak itu
diam-diam menggaris pantai
dan kau menemukan bisoa di mana-mana.
Morotai, 29 Juni 2018.
Bisoa: nama tanjung Loloda.
LELAKI YANG LUPA
kau
masih juga memaksa ke pantai itu
kau bilang, ia adalah tempat pulang paling ujung 
bagi perahu-perahu yang sudah payah dihantam ombak
kau
lupa, bahwa kau pernah kandas di atas batu karang itu.
Morotai,
14 Juli 2018.
DI NEGERIKU YANG LAUT
Di
negeriku yang laut
ayah
dan ibu sudah lama
menjadi
perahu yang berakal.
Di
negeriku yang laut
anak-anak
sudah lama
menjadi
angin yang nakal.
Morotai,
13 Juli 2018.
BINTANG
Kau itu bintang
aku tak perlu
berpegang pada bulan.
Morotai, 07 Juli 2018.
SUATU MALAM YANG GERIMIS
pada malam gerimis itu
ia yang pergi darimu
telah datang padaku
di rumah tak berpagar ini
kami banyak bicara
ketika ia pamit dan aku bertanya
katanya, ia hanya pulang padamu.
Morotai, 12 Juli 2018.
AKU PATAHAN
Aku patahan
dari tulangmu
dari rusuk
aku tumbuh.
Bila melupakanmu
bukan ombak aku
selain debur
yang tak pernah
menemui teluk.
Ternate, 27 Januari 2018.
MATAHARI BELUM TERLALU SENJA
Sering kali cuma cerita
dari patahan patahan
masa lalu. begitu setia
kau menggubah
sejarah yang seharusnya
kita tinggalkan
sebab hari
tidak sedang berlari
ke belakang.
Sering kali cuma api
dari tungku dapurmu
tapi laut
tidak sedang tertidur
dan ombak
masih amuk
di pantaimu.
Sering kali cuma awan
dari langit bibirmu
tapi musim
tidak sedang semi
dan matahari
belum terlalu senja
untuk meraba
segala
tentangmu.
Ternate, 27 Januari 2018.
Tentang Penulis.
Nuriman N. Bayan atau lebih dikenal dengan Abi N.
Bayan lahir di desa Supu Kec. Loloda Utara, Kab. Halmahera Utara, Provinsi
Maluku Utara, pada 14 September 1990. Anak dari Hi. Naser Dano Bayan dan Rasiba
Nabiu. Pembina Komunitas Parlamen Jalanan
Maluku Utara
(Komunitas Teater) dan
Komunitas Penulis Tepi.
Kini sebagai guru MA Nurul Huda Gotalamo Kab. Pulau
Morotai.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Curhat

Menjadi Bapack2: Catatan Sepulang dari Kelas Ayah

Apacapa Madura Syaif Zhibond

Parabân Nyangsang

Apresiasi Ridha Aina T

Musik Puisi – Sepi dan Emosi

Buku M Ivan Aulia Rokhman Ulas

Review Buku Orang-Orang Bloomington

Cerpen Moh. Jamalul Muttaqin

Cerpen: Pelangi

BJ. Akid Puisi

Ayat-Ayat Luka dan Puisi Lainnya Karya BJ. Akid

Apacapa

11 Rekomendasi dalam Kegiatan Temu Inklusi ke 5

Apacapa

Media Sosial, Jalinan atau Jerat?

Apacapa Esai Marlutfi Yoandinas

Dunia Penyair dan Puisi-Puisinya

Apacapa Della Nindah R Dennisa Virgin C Dian Tiara F Dini Irmawati Heri Setiawan Y

Wawasan Orang Tua Berpendidikan Rendah dengan Media Sosial: Bagaimana dengan Peran Anak?

M Firdaus Rahmatullah Puisi

Puisi: kusisiri kota ini dengan puisi

Nanik Puji Astutik Prosa Mini

Laksana Putih Salju

Amaliya Khamdanah Buku Resensi Ulas

Resensi: Melintasi Zaman di Kudus Melalui Novel Sang Raja

ana Hanisah Buku Resensi Ulas

Ulas Buku: Malam Seribu Jahanam

Apacapa

Produktivitas dan Dua Kawan

Buku Ulas

Cinta Tak Pernah Tepat Waktu dan Badai Kenangan

Cerpen Gusti Trisno

Cerpen : Joe di Persimpangan Jalan Karya Gusti Trisno

Apacapa

Ramadan: Korban Keisengan Saat Tidur di Langgar

Apacapa Madura Syaif Zhibond

Lancèng Takaè’

Apacapa Imam Sofyan

Kenapa Gerakan Situbondo Membaca Lahir?