Masih Lemahnya Peran Politik Perempuan di Pileg 2019

Sejumlah kajian mengenai partisipasi perempuan dalam
politik menunjukkan masih lemah. Hal tersebut terjadi karena partai politik
terkesan asal-asalan merekrut kader perempuan baik—sebagai pengurus partai
maupun calon legislatif (Caleg) dari kalangan perempuan. Sebenarnya Undang-Undang
Pemilu Nomor 7 Tahun 2017; mensyaratkan dimana keterwakilan perempuan 30% di
kepengurusan parpol peserta pemilu hingga tingkat kabupaten/kota atau dewan
pengurus daerah atau cabang. Tentunya guna mendorong keterlibatan perempuan di
parlemen, ini dapat terwujud jika partai politik peserta pemilu 2019
betul-betul melakukan rekrutmen berazaskan kaderisasi bukan hanya untuk
memenuhi kuota belaka.
Oleh: Agus Hiplunudin
Peran politik perempuan diperkirakan masih lemah pada
Pileg 2019 mendatang hal tersebut karena; Pertama
partai politik masih terkesan asal ambil kader perempuan bertujuan guna
memenuhi kuota 30% perempuan baik sebagai pengurus partai politik maupun
sebagai Caleg. Kedua rekrutmen
terhadap kader perempuan yang masih kurang serius artinya perempuan belum
diperhitungkan sebagai anggota penting dalam kepengurusan partai politik dan
sebagai bakal calon (balon) legislatif 2019. Ketiga program partai politik masih kurang peka gender terutama
menyangkut anggaran sehingga kiprah perempuan relatif lemah jika dibandingkan
kifrah politisi laki-laki. Keempat
budaya patriarki (di mana laki-laki berkuasa atas perempuan) masih menjadi
momok di Indonesia.
Peran politik perempuan dapat menguat di Pileg 2019 jika;
Pertama, partai politik peserta
pemilu 2019 betul-betul memperbaiki menejemen pengkaderan terkait rekrutmen
anggota partai politik dari kalangan perempuan. Kedua diperlukan keseriusan para petinggi partai politik untuk
mencetak kader-kader perempuan baik sebagai pengurus partai politik maupun
balon legislatif. Ketiga partai
politik peserta pemilu 2019 harus menyusun anggaran program partai yang peka
gender, dengan demikian perempuan yang mengajukan diri menjadi caleg akan
betul-betul memiliki kapasitas yang mumpuni. Keempat perlunya kerja sama semua pihak agar budaya patriarki dapat
dikikis sebab dengan menganggap laki-laki lebih berkuasa dari pada perempuan,
tentunya hal tersebut akan membatasi kiprah politisi perempuan dalam
masyarakat. Terakhir kelima; ini
merupakan sikap mental yang harus disadari baik oleh perempuan maupun laki-laki
dimana laki-laki dan perempuan memiliki derajat yang sama di mata hukum dan
memiliki kewajiban yang sama untuk membangun negara salah satunya dalam bidang
politik. []
Biodata
Penulis
Penulis adalah pengarang buku “Politik Gender” sekaligus dosen STISIP Setia Budhi Rangkasbitung. Alamat
Sekarang
: Perum
Persada Banten Blok D3 No.1, Kelurahan Teritih, RT 06/07 Kecamatan Walantaka,
Kota Serang-Banten  
Email        : agus.hiplunudin@yahoo.com Fb : @Agus Hiplunudin Phone : 081-774-220-4.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Madura Syaif Zhibond

Abhâkalan Sambi Ngalèncèr

Apacapa Fendy Sa’is Nayogi

Kemarau Tiba, Hati-Hati Kekeringan

Apacapa Kakanan Situbondo

Tajhin Sora

Puisi Tjahjaning Afraah Hasan S. A.

Puisi Ruah Alam Waras

Apacapa Muhammad Muhsin

Politik Layangan Situbondo

Cerpen Moh. Jamalul Muttaqin

Cerpen: Takdir

Alvin Hasany Apacapa covid 19

Covid 19: Vaksinasi dan Mobilitas Sosial

Agus Yulianto Puisi

Puisi – Wajah Petani

Nuriman N. Bayan Puisi

Mata Darah dan Puisi Lainnya Karya Nuriman N. Bayan

Cerpen Nur Diana Cholida

Cerpen: Bianglala dan Sisa Aroma Tequila

Politik

Press Release Kongres HMI

Buku Imam Sofyan Ulas

Review Buku Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer

Apacapa fulitik Mohammad Farhan

Mara Marda Institute Gandeng Bank Indonesia Gelar Pelatihan Inkubator Industri Kreatif

Achmad Al-Farizi Apacapa Esai

Lagu Aisyah Istri Rasulullah: Sisi Romantis Keluarga Muhammad

Apacapa Kampung Langai

Mengenal Festival Kampung Langai Situbondo

Ahmad Zaidi Cerpen

Cerpen: Peristiwa Menjelang Pemilu Karya Ahmad Zaidi

Cerpen Nanda Insadani

Cerpen : Ganti Bapak Karya Nanda Insadani

Buku Resensi Ulas Wardedy Rosi

Resensi: Distopia dalam Fiksi Individutopia

Apacapa Nurul Fatta Sentilan Fatta

Sudahi Tengkarnya, Baluran Butuh Kita

Mohammad Latif Puisi

Puisi: Suatu Sore